Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit tidak menular yang prevalensi semakin meningkat dari tahun ke tahun. Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan (Merentek, 2006; Dallo,2003). Menurut American Diabetes Association 2006, diabetes melitus merupakan penyebab kematian urutan ketujuh di dunia. Indonesia menempati urutan keempat dengan jumlah penderita diabetes melitus terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat.
Penyakit kencing manis atau disebut diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang ditandai dengan kadar gula darah melebihi nilai normal (hiperglikemia). Kondisi ini timbul terutama disebabkan adanya gangguan pada metabolisme karbohidrat di dalam tubuh. Gangguan metabolisme tersebut antara lain disebabkan oleh adanya gangguan fungsi hormon insulin di dalam tubuh. Pada penderita diabetes melitus, gangguan fungsi hormon insulin, akan menyebabkan pula gangguan pada metabolisme lemak, yang ditandai dengan meningkatnya kadar beberapa zat turunan lemak seperti trigliserida dan kolesterol. Peningkatan trigliserida dan kolesterol merupakan akibat penurunan pemecahan lemak yang terjadi karena penurunan aktivitas enzim-enzim pemecah lemak, yang kerjanya dipengaruhi oleh insulin (Dorland,2007; Gustaviani 2006).
Menurut America Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Atau dengan kata lain diabetes melitus merupakan adanya peningkatan kadar gula darah oleh karena defisiensi insulin yang relatif ataupun absolut.
Jenis-Jenis Diabetes Melitus
Jenis diabetes melitus dikelompokkan menurut sifatnya :
Diabetes melitus yang tergantung insulin
Diabetes melitus yang tidak tergantung insulin
Diabetes melitus gestasional
Tanda dan Gejala
Tiga gejala klasik yang dialami penderita diabetes melitus, yaitu (Salway,1999; Gustaviani, 2006) :
Banyak minum (polidipsia)
Banyak kencing (poliuria), terutama pada malam hari
Banyak makan (polipagi), tetapi berat badannya tidak naik-naik.
Faktor Risiko Diabetes Melitus
Faktor risiko diabetes melitus tipe 3 terbagi atas (Salway,1999):
Faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti ras, etnik, riwayat keluarga dengan diabetes, dan usia > 45 tahun.
Faktor risiko yang dapat diperbaiki diantaranya berat badan lebih atau IMT > 27 kg/m2, tekanan darah > 140 mmHg, dislipidemia (HDL<>250 mg/dl)
Langkah pertama aksi insulin mulai dengan terikatnya insulin pada reseptor insulin (RI). Kemudian mulailah gerakan dan amplifikasi sinyal lewat jalur second messenger yang mengendalikan aksi insulin terhadap membran sitoplasma dan genom sel. Langkah pertama aksi insulin mulai dengan terikatnya insulin pada reseptor insulin (RI). Untuk transmisi sinyal yang baik diperlukan aktivasi tirosin kinase reseptor insulin dan otofosforilasi residu tirosin di reseptor. Beberapa protein intrasel bertindak sebagai insulin receptor substrate (IRS), yang difosforilasi mengarahkan sinyal insulin itu ke beberapa jalur intrasel berbeda.
Pada saat ini obat antidiabetik yang efektif dan dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien jumlahnya terbatas. Meskipun pada kenyataannya obat-obatan ini mempunyai beberapa potensi untuk mencegah perkembangan dan progresifitas komplikasi mikrovaskular, namun apakah obat-obat ini secara bermakna juga dapat menurunkan komplikasi makrovaskular pada diabetes melitus tipe 2 belum jelas. Perlu diingat bahwa resistensi insulin bukan saja merupakan faktor etiologi utama dalam patogenesis diabetes melitus tipe 2, tetapi juga merupakan faktor risiko untuk penyakit kardiovaskular (Haffner, 2000).
Metformin
Metformin termasuk golongan biguanid. Metformin merupakan obat antihiperglikemia yang poten. Cara kerja dari metformin adalah meningkatkan sensitivitas insulin. Efek metformin terhadap metabolisme lipid (Katzung, 1997) :
Menurunkan kolesterol total dan kolesterol LDL
Menurunkan trigliserida
Meningkatkan kolesterol HDL
Glibenclamid
Glibenclamid adalah obat antidiabetik oral yang paling banyak dikenal dalam puluhan tahun terakhir ini. Untuk menurunkan glukosa darah, obat ini merangsang sel beta dari pankreas untuk memproduksi lebih banyak insulin. Syarat pemakaian obat ini adalah apabila pankreas masih baik untuk membentuk insulin, sehingga obat ini hanya bisa dipakai pada diabetes melitus tipe 2. ( Katzung, 1997).
Sulfonilurea
Mekanisme kerja golongan sulfonilurea adalah merangsang pelepasan insulin dari sel beta, sehingga terjadi peningkatan sekresi insulin. Di dalam tubuh sulfonilurea akan terikat pada reseptor spesifik sulfonilurea pada sel beta pankreas. Ikatan tersebut menyebabkan berkurangnya asupan kalsium dan terjadi depolarisasi membran. Kemudian kanal Ca+ terbuka dan memungkinkan ion-ion Ca2+ masuk sehingga terjadi peningkatan kadar Ca2+ di dalam sel. Peningkatan tersebut menyebabkan translokasi sekresi insulin ke permukaan sel. Insulin yang telah terbentuk akan diangkut dari pankreas melalui pembuluh vena untuk beredar ke seluruh tubuh
Isradipine merupakan salah satu obat yang digunakan untuk mengobati pasien diabetes dengan komplikasi mikroalbuminuria, dimana hal ini sudah terbukti pada penelitian yang dilakukan oleh sabuncu pada pasien yang menderita DM tipe 2 dengan usia pasien antara 40 – 73 tahun.
Vildagliptin merupakan obat terbaru untuk pengobatan DM. Dimana vildagliptin dengan memperbaiki enzime glukagon dan insulin. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Bolli terbukti bahwa efikasi dan tolerabilitas vildagliptin lebih besar dibanding dengan pioglitazone. Selain itu penggunaan vildagliptin juga dapat dikombinasi dengan metformin maupun glibenklamid.
Obat antidiabetes sintetik yang beredar di masyarakat kebanyakan memberikan efek samping yang tidak diinginkan. Para ahli berusaha untuk mengembangkan sistem pengobatan tradisional untuk diabetes mellitus yang relatif aman. Beberapa tanaman yang dilaporkan berguna dalam pengobatan diabetes mellitus dan telah dilakukan uji aktivitas hipoglikemiknya dengan hewan uji antara lain pare (Momordica charantia), bawang merah (Allium cepa), dan sambiloto (Andrographis paniculata) (Studiawan dan Mulya, 2004). Tanaman lain yang berkhasiat menurunkan kadar gula darah dan telah diuji aktivitasnya sebagai antidiabetes adalah buah mengkudu (Morinda citrifolia L.), serta daun salam (eugenia polyantha) (Studiawan dan Mulya, 2004). Widowati dan Dzulkarnaen (1997) menyatakan bahwa beberapa jenis tumbuhan yang mempunyai khasiat sebagai antidiadetes mengandung senyawa triterpenoid, flavonoid, serta alkaloid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar