Perkembangan industri farmasi
yang menggunakan teknologi nano pada saat sekarang ini sudah tumbuh demikian pesat. Di dunia farmasi, teknologi nano bisa
berperan dalam meningkatkan kualitas produksi dan keamanan (safety
performance).
“Produk
berteknologi nano akan lebih cepat diserap dibandingkan produk yang tidak
menggunakan teknologi tersebut,” kata Heny Rachmawati, pakar teknologi nano
Institut Teknologi Bandung.
“Teknologi nano dapat digunakan dalam dunia
farmasi karena akan membantu kelarutan, stabilitas, dan kemapuan penyerapan”
kata Heny. Dalam kondisi ini, teknologi nano dapat mengambil peran. BP POM
sendiri sangat ketat dalam melakukan
pengawasan terhadap produk yang menggunakan teknologi nano. Di Indonesia,
teknologi nano sendiri baru berkembang sekitar lima tahun terakhir. “Kalau Indonesia tidak memperdalam teknologi
nano, maka industri kita termasuk yang tertinggal,” ucapnya.
Teknologi nano merupakan cabang ilmu pengetahuan
yang berkembang begitu pesat terutama dalam 10 tahun terakhir ini. Dalam
konteks produk farmasi dan obat, ukuran partikel nano akan meningkatkan sifat
kelarutan obat, transportasi dan pelepasan senyawa aktif yang terkontrol serta
memperbaiki stabilitas obat yang bersangkutan.
Pemanfatan teknologi nano dalam produk farmasi dapat
menekan biaya dan efek toksik suatu obat pada dosis terapinya. Pihak industri
juga berkeinginan adanya informasi dan data base tentang hasil riset dan produk
– produk teknologi nano dari institusi riset dalam negeri yang bisa
diaplikasikan secara cepat.
Sementara itu, Ibu Retno dari BPOM menekankan akan
pentingnya penyusunan pedoman maupun standar uji mutu produk-produk farmasi dan
obat-obatan yang diklaim merupakan produk teknologi nano.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar