Selama periode 2011 - 2013, data
histopatologik Dirjen Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan (Kemkes) RI
menyebutkan, sebanyak 26.169 wanita Indonesia terkena kanker serviks yang
sebagian besar diderita wanita berusia 45-54 tahun. Di Indonesia, studi Kemkes
memperkirakan, seorang perempuan meninggal akibat kanker serviks setiap satu
jam. Angka ini meningkat menjadi dua perempuan setiap jamnya di wilayah
Jakarta. Kanker serviks tercatat sebagai peringkat ketiga penyakit tidak
menular pemicu kematian di Jakarta (Dinkes Jakarta, 2013).
Menurut dr Taufik Jamaan, SpOG, jumlah
penderita kanker serviks akan terus meningkat dalam 10 tahun ke depan. "Masyarakat
kita masih kurang mendapat edukasi dan informasi yang benar tentang kanker
serviks," jelasnya, Selasa (3/9).
Kanker serviks itu sendiri, lanjut dia,
disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher
rahim. Lazimnya, kanker ini menyerang wanita dalam usia produktif (35 - 55
tahun). Kanker ini dapat dideteksi dengan terjadinya perdarahan vagina setelah
melakukan hubungan seksual, tetapi gejala kanker ini tidak terlihat sampai
kanker memasuki stadium yang lebih jauh. Untuk itu diperlukan pemeriksaan lebih
lanjut terhadap leher rahim menggunakan pap smear.
"Bagi wanita yang aktif secara seksual
maupun yang sudah memiliki partner, pemeriksaan pap smear dilakukan setidaknya
dua kali setahun," ujar Taufik.
Selain melakukan pap smear, tindakan preventif
lain yang dapat dilakukan adalah dengan vaksinasi Quadrivalent HPV. HPV dalam
vaksin akan bekerja sebagai antigen yang jika disuntikkan ke tubuh maka tubuh
bereaksi membentuk antibodi terhadap virus yang sesuai. Antibodi ini
selanjutnya akan menolak HPV risiko tinggi sekalipun.
"Vaksin HPV ini tentu aman karena sudah
dilemahkan dan dibuat dari cangkang virus, bukan dari inti virusnya,"
jelas Taufik.
Pemberian vaksin HPV dilakukan satu kali
seumur hidup dan dibagi dalam tiga tahap: vaksin pertama, kemudian dilanjutkan
dengan pemberian vaksin untuk kedua kalinya dua bulan setelahnya. Vaksinasi
tahap terakhir diberikan enam bulan kemudian. Pemberian vaksinasi yang ideal
adalah pada rentang umur 15-55 tahun, di saat antibodi tubuh masih bekerja
optimal dan beregenerasi dengan baik.
Taufik menganjurkan agar kondisi tubuh terjaga
dalam kondisi prima saat melakukan vaksinasi. "Kalau sakit, antibodi tubuh
melemah. Kerjanya pun akan percuma (saat bertemu dengan antigen),"
imbuhnya.
Pemberian vaksin juga dianjurkan untuk para
pria, karena vaksin HPV dapat mencegah penularan virus, serta mengurangi risiko
terkena genital dwarts (kutil kelamin).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar