Minggu, 05 Desember 2010

OMEPRAZOLE DAN REBEPRAZOL

Omeprazol merupakan senyawa benzimidazol adalah penghambat pompa proton pertama yang digunakan dalam terapi untuk menurunkan dengan sangat kuat produksi asam lambung.
Sel parietal mensekresi asam ke dalam lumen lambung. Hal ini dihasilkan oleh suatu H+/K+-ATPase yang unik (pompa proton) yang mengkatalisis pertukaran H+ intraseluler dengan K+ ekstraseluler. Sekresi HCl distimulasi asetilkolin (ACh) yang dilepaskan dari serabut pascaganglion vagus, dan oleh gastrin yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari sel G (gastrin) di mukosa antrum pada saat sel tersebut mendeteksi adanya asam amino dan peptida (dari makanan) dalam lambung, dan oleh distensi gaster melauli refleks lokal dan panjang.
Meskipun sel parietal memiliki reseptor muskarinik (M1) dan gastrin (G), baik ACh maupun gastrin menstimulasi sekresi asam secara tidak langsung, melalui pelepasan histamin dari sel-sel parakrin yang terletak dekat dengan sel parietal. Selanjutnya histamin bekerja lokal pada sel parietal, dimana aktivasi reseptor histamin (H2) menyebabkan peningkatan adenosin monofosfat siklik (cAMP) intraseluler dan sekresi asam. Oleh karena asetilkolin dan gastrin bekerja secara tidak langsung melalui pelepasan histamin, maka efek sekresi asam oleh stimulasi vagus dan gastrin dikurangi oleh antagonis reseptor H2.
Agonis kolinergik dapat menstimulasi sekresi asam dengan kuat pada saat terdapat antagonis H2, menunjukkan bahwa ACh yang dilepaskan dari vagus pasti mempunyai akses yang terbatas pada reseptor muskarinik sel parietal. Gastrin yang bekerja langsung pada sel parietal mempunyai efek yang lemah pada sekresi asam, tetapi mengalami potensiasi pada saat aktivasi reseptor histamin.
Omeprazol tidak aktif pada pH netral, tetapi dalam keadaan asam omeprazol disusun kembali menjadi dua macam molekul reaktif, yang bereaksi dengan gugus sulfihidril pada H+/K+ -ATPase (pompa proton) yang berperan untuk mentranspor ion H+ keluar dari sel parietal. Oleh karena enzim dihambat secara ireversibel, maka sekresi asam hanya terjadi setelah sintesis enzim baru. Omeprazol berguna terutama pada pasien dengan hipersekresi asam lambung berat yang disebabkan oleh sindrom Zollinger-Ellison, suatu keadaan yang jarang terajadi akibat tumor sel pankreas yeng mensekresi gastrin, dan pada pasien dengan esofagitis refluks dimana ulkus yang berat biasanya resisten terhadap obat lain (Neal, M.J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi 5. Jakarta : Penerbit Erlangga).
Pada pH netral, penghambat pompa proton secara kimia stabil, larut lemak, dan merupakan basa lemah. Penghambat pompa proton mengandung gugus sulfinil pada jembatan antara benzimidazol tersubstitusi dan cincin piridin. Mekanisme kerja penghambat pompa proton adalah basa lemah netral mencapai sel parietal dari darah dan berdifusi ke dalam sekretori kanalikuli, tempat obat terprotonasi dan terperangkap. Zat yang terprotonasi membentuk asam sulfenik dan sulfanilamid. Sulfanilamid berinteraksi secara kovalen dengan gugus sulfhidril pada sisi kritis luminal tempat H+,K+-ATPase, kemudian terjadi inhibisi penuh dengan dua molekul dari inhibitor mengikat tiap molekul enzim.
Obat PPI mempunyai efek langsung terhadap H+, K+, ATPase yang merupakan enzim sebagai pompa proton di dalam jalur produksi asam di sel parietal yang menyebabkan penghambatan enzim tersebut. PPI mengeliminasi dan mengurangi produksi asam dengan cara mengurangi aktivitas pepsin dan mengurangi terpaparnya jaringan oleh produksi asam.
Omeprasol dibuat dalam bentuk kapsul lepas tunda yang mengandung granul salut enterik. Penggunaan omeprasol adalah sebelum makan karena bila kapsul lepas tunda berisi omeprasol digunakan bersama makanan, kecepatan absorpsi di saluran pencernaannya akan menurun. Hal ini disebabkan perubahan omeprasol menjadi aktif sulfonamid di sel parietal membutuhkan lingkungan asam.
Penelitian yang dilakukan oleh keshavarz et all, menunjukan bahwa pasien yang diterapi dengan triple terapi untuk omeprazole yang dikombinasi dengan klaritromisin dan amoxicillin pada dosis rendah dengan pemberian selama 2 minggu ternyata lebih efektif dalam eradiksi dari bakteri H. pylori dibanding dengan pemberian pada dosis tinggi.
Penelitian yang dilakukan oleh Calvet juga menunjukan bahwa pada pasien yang terkena infeksi bakteri H. pylori selain dengan menggunakan omeprazol juga bisa menggunakan rebeprazol. Penelitian dilakukan dengan membandingkan pemakaian rebeprazole selama 7 dan 10 hari. Hasilnya menunjukan bahwa baik pada pemakaian 7 ataupun 10 hari efikasi dari rebeprazol dalam menghambat eradiksi H. Pylori sama efektifnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar