Rabu, 14 April 2010

MENGENAL PENYAKIT ALERGI


Alergi adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahan-bahan yang umumnya imunogenik (antigenik) atau dikatakan orang yang bersangkutan bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia bereaksi berlebihan terhadap lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang menyebabkan hipersensitivitas/alergi tersebut disebut alergen.

Alergi adalah suatu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi cepat dan lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang kompleks dipengaruhi faktor genetik, lingkungan dan pengontrol internal. Berbagai sel mast, basofil, eosinofil, limfosit dan molekul seperti IgE, mediator sitokin, kemokin merupakan komponen yang berperan inflamasi. Gejala klinis terjadi karena reaksi imunologik melalui pelepasan beberapa mediator tersebut dapat mengganggu organ tertentu yang disebut organ sasaran. Organ sasaran tersebut misalnya paru-paru maka manifestasi klinisnya adalah batuk atau asma bronchial, bila sasarannya kulit akan terlihat sebagai urtikaria, bila organ sasarannya saluran pencernaan maka gejalanya adalah diare dan sebagainya. Sistem susunan saraf pusat atau otak juga dapat sebagai organ sasaran, apalagi otak adalah merupakan organ tubuh yang sensitif dan lemah. Sistem susunan saraf pusat adalah merupakan pusat koordinasi tubuh dan fungsi luhur. Maka bisa dibayangkan kalau otak terganggu maka banyak kemungkinan manifestasi klinik ditimbulkannya. Apalagi pada alergi sering terjadi proses inflamasi kronis yang kompleks.

Reaksi samping makanan (Adverse food reactions) : istilah umum untuk reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan yang ditelan. Reaksi ini dapat merupakan reaksi sekunder terhadap alergi makanan (hipersensitifiotas) atau intoleransi makanan.

Sedangkan intoleransi Makanan (Food intolerance) adalah reaksi makanan nonimunologik dan merupakan sebagian besar penyebab reaksi yang tidak diinginkan terhadap makanan. Reaksi ini dapat disebabkan oleh zat yang terkandung dalam makanan karena kontaminasi toksik (misalnya toksin yang disekresi oleh Salmonella, Campylobacter dan Shigella, histamine pada keracunan ikan), zat farmakologik yang terkandung dalam makanan misalnya tiramin pada keju, kafein pada kopi atau kelainan pada pejamu sendiri seperti defisiensi lactase, maltase atau respon idiosinkrasi pada pejamu.

Alergi dapat berkembang pada umur berapa saja, kemungkinan bahkan di dalam kandungan. Mereka umumnya terjadi pada anak-anak namun mungkin dapat menimbulkan gejala-gejala untuk pertama kalinya pada waktu dewasa. Untuk beberapa waktu, telah diketahui bahwa kondisi-kondisi alergi cenderung berkelompok/berkerumun didalam keluarga-keluarga. Risiko anda sendiri mengembangkan alergi berhubungan dengan sejarah alergi dari orang tua anda. Jika tidak ada satupun orang tua anda alergi, kesempatan anda mendapat alergi adalah kira-kira 15%. Jika satu orang tua alergi, risiko anda meningkat sampai 30% dan jika kedua-duanya alergi, risiko anda lebih besar dari 60%. Potongan utama lainnya dari teka-teki alergi adalah lingkungan. Adalah jelas bahwa anda harus mempunyai suatu tendensi genetik dan di ekspose pada suatu allergen sehingga mengembangkan suatu alergi. Sebagai tambahan, lebih hebat dan berulang-ulang ekspose pada suatu allergen dan lebih awal terjadi di dalam kehidupan, lebih mungkin suatu alergi akan berkembang. Ada pengaruh-pengaruh penting lainnya yang dapat berkomplot untuk menyebabkan kondisi-kondisi alergi. Beberapa dari ini termasuk merokok, polusi, infeksi, dan hormon-hormon. Alergi pada anak tidak sesederhana seperti yang pernah kita ketahui. Sebelumnya kita sering mendengar dari dokter spesialis penyakit dalam, dokter anak, dokter spesialis yang lain bahwa alergi itu gejalanya adalah batuk, pilek, sesak dan gatal. Padahal alergi dapat menyerang semua organ tanpa terkecuali mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan berbagai bahaya dan komplikasi yang mungkin bisa terjadi. Belakangan terungkap bahwa alergi menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya, karena alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita termasuk gangguan fungsi otak. Beberapa peneliti menyebutkan manifestasi gejala tersebut dengan istilah “Brain Allergy” atau “Cerebral Allergy”. Karena gangguan fungsi otak itulah maka timbul gangguan perkembangan dan perilaku pada anak seperti gangguan konsentrasi, gangguan emosi, keterlambatan bicara, gangguan konsentrasi hingga autism.

Alergi makanan bisa menyerang siapa saja dengan kadar yang berbeda - beda. Pada saat seseorang menyantap makanan kemudian timbul perasaan tidak enak pada tubuhnya maka mereka akan beranggapan bahwa mereka alergi terhadap makanan tersebut. Fakta membuktikan, tidak semua anggapan tersebut benar. Hanya 1% pada orang dewasa dan 3% pada anak anak yang terbukti jika mereka memang benar - benar alergi terhadap makanan tertentu. Perbedaan ini terjadi akibat masih banyaknya orang yang salah kaprah akan pengertian alergi makanan. Mereka tidak bisa membedakan mana yang disebut alergi makanan dan mana yang disebut dengan intoleransi terhadap makanan. Alergi makanan adalah respon abnormal tubuh terhadap suatu makanan yang dicetuskan oleh reaksi spesifik pada sistem imun dengan gejala yang spesifik pula. Sedangkan, intoleransi makanan adalah respon abnormal dari tubuh terhadap makanan tertentu yang gejalanya mirip dengan alergi makanan, cuma pencetusnya bukan dari reaksi spesifik pada sistem imun melainkan dari beberapa penyakit tertentu. Seseorang dengan alergi makanan harus segera diidentifikasi dan ditangani sebab meskipun gejala awalnya tidak berat namun lama kelamaan mereka bisa mengalami gejala berat dan fatal.

Alergen yang terdapat pada makanan adalah komponen utama terjadinya alergi makanan. Alergen ini berupa protein yang tidak rusak pada saat proses memasak, dan tidak rusak pada saat berada di keasaman lambung. Akibatnya alergen dapat melenggang mulus di dalam tubuh masuk ke peredaran darah mencapai organ yang menjadi targetnya guna menimbulkan reaksi alergi. Mekanisme terjadinya alergi makanan melibatkan sistem imun dan hereditas / keturunan.

Alergi makanan merupakan reaksi hipersensitif yang artinya sebelum reaksi alergi terhadap alergen pada makanan muncul, seseorang harus pernah terkena alergen yang sama sebelumnya. Pada saat pertama kali terkena, alergen akan merangsang limfosit (bagian dari sel darah putih) untuk memproduksi antibodi (IgE) terhadap alergen tersebut. Antibodi ini akan melekat pada sel Mast jaringan tubuh manusia. Jika kelak orang tersebut memakan makanan yang sama maka antibodi ini akan menyuruh sel Mast untuk melepaskan histamin. Zat kimia yang bernama histamin inilah yang menyebabkan gejala alergi makanan. Kompleksnya proses pencernaan makanan akan mempengaruhi waktu, lokasi dan gejala alergi makanan. Gejala dapat muncul beberapa menit setelah makan atau berjam - jam kemudian. Gejala awal dari alergi makanan dapat berupa rasa gatal pada mulut, kesulitan menelan dan bernafas. Saat makanan sudah mencapai lambung dan usus halus, gejala yang timbul berupa rasa mual, muntah, diare, dan nyeri perut. Gejala inilah yang sering membingungkan dan mengacaukan dengan gejala intoleransi makanan.

Seperti disebutkan diatas, alergen akan menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah. Saat mereka mencapai kulit, alergen akan menyebabkan terjadinya eksim. Pada saat mereka mencapai paru - paru, alergen dapat mencetuskan terjadinya asma. Gejala alergi yang paling ditakutkan dikenal dengan nama anafilaktik syok. Gejala ini ditandai dengan tekanan darah yang menurun, kesadaran menurun, dan bila tidak ditangani segera dapat menyebabkan kematian.

Alergi selama ini selalu kita anggap sebagai gangguan biasa, sama sekali bukan penyakit, apalagi penyakit serius. Kenyataannya tidak demikian. Reaksi alergi sama sekali tidak bisa kita anggap remeh. Hal itu dijelaskan oleh Jean Carper - seorang wartawan yang juga penulis buku kesehatan dan nutrisi dalam bukunya Food Your Miracle Medicine. Menurut Jean Carper, ada banyak gejala penyakit yang pemicunya adalah penolakan tubuh pada makanan tertentu beberapa di antaranya adalah sakit kepala, gatal dengan bintik- bintik merah dan bengkak, suasana hati yang tidak nyaman, asma, eksem, irritable bowel syndrome (sindrom gangguan usus besar), ulcerative colitus (luka pada dinding usus besar), chronic fatique syndrome (rasa lelah terus menerus), depresi, hingga rhematoid arthritis.

Memang setiap benda yang masuk ke dalam tubuh akan dianggap sebagai benda asing oleh tubuh, baik itu berupa makanan, minuman, debu, obat, hingga bahan kimia. Sistem kekebalan tubuhlah yang setiap saat bertugas menghadapi dan mengidentifikasi setiap benda asing yang masuk. Jika yang masuk adalah benda yang dianggap aman, maka tidak akan terjadi sesuatu. Tapi jika benda yang masuk adalah yang dianggap berbahaya bagi tubuh, maka akan bereaksi dengan menolaknya. Sayangnya, sistem kekebalan tubuh sering bereaksi berlebihan dalam upaya mengeluarkan benda asing yang masuk tersebut. Reaksi alergi yang dimunculkan bisa saja berupa keluarnya lendir, gatal-gatal, atau batuk. Terkadang reaksinya bisa begitu parah sehingga mampu menghentikan detak jantung, begitu menurut Jean Carper.

Sebenarnya, jenis-jenis terapi yang bisa menyembuhkan alergi seperti halnya terapi bioresonansi sudah lama ada. Namun di Indonesia, hal itu belum dikenal secara luas. Umumnya jika kita pergi berobat ke dokter karena gatal-gatal atau bengkak akibat alergi, biasanya dokter akan memberikan obat anti-histamin untuk meredakan gejala alergi tersebut. Lalu selanjutnya akan dianjurkan menghindari hal-hal yang mungkin menjadi pemicu terjadinya reaksi alergi itu, seperti makanan, tanaman, atau hewan tertentu. Keharusan berpantang itulah yang umumnya dirasakan berat oleh penderita, terutama pantang makanan. Apalagi jika kebetulan pemicu alergi itu justru makanan yang sangat disukai, atau bumbu, seperti terasi, kecap, MSG, yang umum digunakan dalam berbagai masakan sehingga sulit untuk dihindari. Terlalu lama berpantang berbagai bahan pangan yang penting bagi tubuh juga bisa menyebabkan kekurangan gizi. Karena itu, meskipun tidak pernah dianggap sebagai penyakit kronis yang berbahaya, alergi tetap merupakan suatu penderitaan bagi mereka yang mengalaminya. Terapi bioresonansi ini ternyata juga bisa berfungsi mengatasi alergi tanpa menggunakan obat atau suntikan, tapi dengan menggunakan mesin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar