Selasa, 10 September 2013

Vaksin HPV Cegah Risiko Kanker Serviks



Selama periode 2011 - 2013, data histopatologik Dirjen Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan (Kemkes) RI menyebutkan, sebanyak 26.169 wanita Indonesia terkena kanker serviks yang sebagian besar diderita wanita berusia 45-54 tahun. Di Indonesia, studi Kemkes memperkirakan, seorang perempuan meninggal akibat kanker serviks setiap satu jam. Angka ini meningkat menjadi dua perempuan setiap jamnya di wilayah Jakarta. Kanker serviks tercatat sebagai peringkat ketiga penyakit tidak menular pemicu kematian di Jakarta (Dinkes Jakarta, 2013).

Menurut dr Taufik Jamaan, SpOG, jumlah penderita kanker serviks akan terus meningkat dalam 10 tahun ke depan. "Masyarakat kita masih kurang mendapat edukasi dan informasi yang benar tentang kanker serviks," jelasnya, Selasa (3/9).
Kanker serviks itu sendiri, lanjut dia, disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim. Lazimnya, kanker ini menyerang wanita dalam usia produktif (35 - 55 tahun). Kanker ini dapat dideteksi dengan terjadinya perdarahan vagina setelah melakukan hubungan seksual, tetapi gejala kanker ini tidak terlihat sampai kanker memasuki stadium yang lebih jauh. Untuk itu diperlukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap leher rahim menggunakan pap smear.
"Bagi wanita yang aktif secara seksual maupun yang sudah memiliki partner, pemeriksaan pap smear dilakukan setidaknya dua kali setahun," ujar Taufik.
Selain melakukan pap smear, tindakan preventif lain yang dapat dilakukan adalah dengan vaksinasi Quadrivalent HPV. HPV dalam vaksin akan bekerja sebagai antigen yang jika disuntikkan ke tubuh maka tubuh bereaksi membentuk antibodi terhadap virus yang sesuai. Antibodi ini selanjutnya akan menolak HPV risiko tinggi sekalipun.
"Vaksin HPV ini tentu aman karena sudah dilemahkan dan dibuat dari cangkang virus, bukan dari inti virusnya," jelas  Taufik.
Pemberian vaksin HPV dilakukan satu kali seumur hidup dan dibagi dalam tiga tahap: vaksin pertama, kemudian dilanjutkan dengan pemberian vaksin untuk kedua kalinya dua bulan setelahnya. Vaksinasi tahap terakhir diberikan enam bulan kemudian. Pemberian vaksinasi yang ideal adalah pada rentang umur 15-55 tahun, di saat antibodi tubuh masih bekerja optimal dan beregenerasi dengan baik.
Taufik menganjurkan agar kondisi tubuh terjaga dalam kondisi prima saat melakukan vaksinasi. "Kalau sakit, antibodi tubuh melemah. Kerjanya pun akan percuma (saat bertemu dengan antigen)," imbuhnya.
Pemberian vaksin juga dianjurkan untuk para pria, karena vaksin HPV dapat mencegah penularan virus, serta mengurangi risiko terkena genital dwarts (kutil kelamin).


Tidak ada komentar:

Posting Komentar